Senin, 26 Juli 2021

 

*AGAMA YANG DIRIDLOI* 

"  Sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Allah adalah Islam

( Ali Imran : 19 ) 

Tidak  ada agama apa pun yang diterima di sisi Allah, kecuali Islam.  Sedangkan Islam  "Ittiba" (mengikuti) Rasul-rasul Allah yang diutus untuk tiap-tiap masa, sampai akhirnya ditutup dengan Rasul terakhir Muhammad SAW, sehingga jalan menuju Allah tertutup kecuali melalui Muhammad SAW.  Oleh karena itu siapa yang menghadap Allah SWT setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW, dengan menggunakan agama yang tidak berdasarkan syariat beliau, maka tidak akan diterima.  Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 85 yang artinya ;

          *Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya dan Dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi*

          Pada ayat ini Allah, memberitahukan tentang pembatasan agama yang diridla'i  di sisi-Nya, hanyalah Islam.  Dengan kata lain, bahwa selain Islam adalah agama yang bathil, tidak akan membawa kebaikan dunia dan tidak pula di akhirat, sebab agama selain Islam, tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah SWT sebagai pedoman, baik dalam hal ibadah maupun mu'amalah-mu'amalah duniawi. Hal ini disebabkan system Aqidah/keimanan agama di luar Islam tidak bertauhid/mengesakan Allah SWT.

          Bukankah hanya Allah SWT sendiri Yang Maha Mengetahui dengan cara apa dan pedoman bagaimana?  Bukankah Zat Yang Maha Pencipta, yang lebih mengetahui tentang apa-apa yang diciptakan-Nya.  Dan kenyataan ini masih ditunjang dengan bukti-bukti lain, yang paling utama di antaranya firman Allah dalah surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya ;

          " Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku sempurnakan nikmat-nikmat-Ku untukmu dan Aku telah Ridla Islam sebagai agamamu "

          Ayat ini membuktikan syariat Islam telah sempurna dan syariat itu telah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan makhluk, jin dan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Adz-Dzariat ayat 56 yang artinya ;

 " Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku "

Kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna, yang bersifat menyeluruh, merupakan kebenaran yang benar-benar merupakan nikmat Allah SWT yang luar

biasa. Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam rangka mewujudkan pengabdian dan peribadatan kepada Penciptanya sudah tertuang dan tercukupi dalam Islam. Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi petunjuk petunjuk lain, kecuali Islam.

          Kesempurnaan Islam adalah kesempernaan yang meliputi segala aspek, untuk tujuan kebahagiaan masa depan yang abadi tanpa batas. Yaitu kebahagiaan tidak hanya di dunia, tetapi di akhirat juga. Karena itu mengapa orang masih ragu terhadap kebenaran dan kesempurnaan Islam? Mengapa orang masih mencari alternatif dan solusi-solusi lain ? Islam adalah solusi, tidak perlu penambahan atau pengurangan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam. 

          Dari uraian tadi, seluruh umat Islam harus merenung ulang mengapa hanya Islam yang di Ridlo'i Allah SWT ? bagai mana agar ia tetap berada dalam lingkungan Islam ?

          Menurut Syeh Muhammad Bin Abdul Wahab memberikan konsep renungan sebagai berikut :

1.      Seorang Muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan, diberi rizki dan tidak dibiarkan. Itulah sebabnya Allah SWT mengutus Rasul-Nya ketengah-tengah manusia, tidak lain untuk membimbing mereka. Artinya ia hidup di

muka bumi diciptakan Allah SWT, ia diberi berbagai fasilitas
, rizki yang lengkap,  mulai dari kebutuhan oksigen untuk bernapas sampai hal-hal yang di luar kesadaran manusia. Semua itu bukan untuk hal yang sia-sia, tetapi dimanfaatkan untuk mendapatkan Ridla Allah SWT.

2.      Seorang muslim harus memahami bahwa Allah SWT tidak Ridla, jika dalam peribadatan kepada-Nya, tidak sesuai dengan ajaran Islam.

3.      Jika sudah menjadi orang yang taat kepada Rasul Allah SWT, dan bertauhid kepada Allah SWT, maka konsekwensi berikutnya yang harus dipahami adalah seluruh loyalitasnya hanya diberikan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Sebaliknya ia tidak memberikan kecintaan dan kasih sayangnya kepada siapapun yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya sekalipun kerabat terdekatnya.

 

WAKTU



“Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati dalam nemetapi kebenaran dan nasehat menasehati dalam mentaati kesabaran".

(QS. Al-Ashr: 1-3)

                Kesadaran terhadap waktu di dalam Islam, bukanlah kesadaran yang muncul setiap tahun berganti, dimana seseorang melakukan instrospeksi diri terhadap apa yang telah ia perbuat selama setahun yang lalu, akan  tetapi setiap hari bahkan setiap saat seorang muslim dituntut untuk melakukan instrospeksi diri.

Manakala dalam kelalaian, kemudian kita menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita tidak harus menunggu satu tahun; menunggu Ramadhan datang umpamanya, kemudian baru bertobat. Tapi yang diajarkan oleh Islam adalah segera bertaubat, atau dalam kalimat lain Rasulullah Saw menyebutkan, agar kita selalu mengiringi setiap kejelekan dengan kebaikan.

Waktu memiliki karakteristik yang unik, kadangkala ia dirasakan begitu cepat berlalu, terutama bagi mereka yang tengah bersuka cita. Sebaliknya waktu dirasakan berjalan sangat lambat bagi mereka yang tengah dirundung derita.

Seseorang yang asyik menekuni pekerjaannya di kantor, yang dilakukan dengan rasa ikhlas dan senang hati, sering terkaget dengan tanda waktu istirahat dan waktu bubaran kantor datang, “Lho, kok cepat amat!”,  komentarnya, padahal 8 jam telah ia habiskan waktu untuk bekerja.

Sementara itu, bagi seseorang yang melakukan pekerjaan di kantor dengan rasa terpaksa dan tidak bergairah melakoninya, maka beginya waktu yang 8 jam itu begitu panjang ia rasakan, menjadikan ia tersiksa menunggu kapan waktu akan berlalu. “Waktu kok lama amat sih!” komentarnya dengan rasa jengkel.

Oleh karena itu pergantian tahun yang dengan sendirinya menambah jumlah usia seseorang tidaklah identik dengan peningkatan perestasi dan kualitas yang ia miliki. Boleh jadi seseorang senior dari segi usia,  namun amal dan buah kaya yang ia hasilkan amat sedikit, dan boleh jadi pula seseorang dari segi umur masih muda belia, namun hidupnya sarat dengan amal kebaikan dan prestasi.

Yang dikehendaki oleh Islam adalah, dia saat usia bertambah, maka amalnya juga ikut bertambah. Sebagaimana sabda Nabi Saw: “Sebaik-baik manusia adalah yang semakin lanjut usianya, semakin banyak amalnya. Dan seburuk-buruk manusia, semakin lanjut usianya, semakin buruk amalnya."

Dengan demikian amal di dalam Islam menjadi tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Ketika waktu yang sama telah diberikan, sejauh mana manusia mampu memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya guna amal kebaikan. Orang-orang yang dapat mengisi waktunya secara efektif guna mempersembahkan yang terbaik bagi Allah SWT, merekalah yang beruntung. Sedangkan orang-orang yang bodoh, adalah orang-orang yang diberi modal (waktu), namun modal tersebut ia hamburkan dengan sia-sia, padahal andaikata hari ini sama dengan hari kemaren, berarti kita jalan di tempat, tidak ada peningkatan sehingga tak akan pernah bisa menyusul siapapun. Andaikata orang lain selalu meningkat, maka kita akan tertinggal dan menjadi pecundang. Nabi Saw telah mengingatkan tentang hal ini dalam Sabdanya : "Barangssiapa yang hari ini sama dengan hari kemaren, maka ia termasuk orang-orang yang merugi”.

Tiada lain yang harus kita lakukan agar kita tidak menjadi pecundang dan selalu dalam kerugian, yaitu bertekad bulat menjadikan tahun 2004 ini sebagai tahun prestasi, yaitu mengisinya seoptimal mungkin dengan amal kebajikan, sehingga dalam perhitungan kelak kita termasuk diantara orang-orang yang berun

 

 

ISTIGHFAR DAN TAUBAT


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa “

                Istighfar menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani “ Yaitu memohon (ampun) dengan disertai ucapan dan perbuatan dan bukan sekedar lisan semata.

            Sedangkan Taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang lebih baik.  Berkaitan dengan masalah ini Allah berfirman dalam surat Hud ayat 61 yang artinya ;

            Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya.  Sesungguhnya Tuhanmu amat dekat rahmat-Nya lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya) “

            Menurut Imam nawawi “ Bertaubat dari setiap dosa hukumnya wajib.  Jika maksiat itu antara hamba dengan Allah yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga ;

 

1.    Hendaknya ia harus menjauhi maksaiat

2.    Ia harus menyesali perbuatan maksiat

3.    Ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya

 

Jika taubatnya itu keterkaitan dengan manusia yang di dzalimi, maka syaratnya ditambah satu yaitu : Hendaknya ia meminta maaf sama orang yang di dzalimi itu.

 

Menurut Imam Al-Qurtubi “ Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Basri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, beristighfarlah kepada Allah ! Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka beliau berkata kepadanya.  Beristighfarlah kepada Allah ! yang lain lagi berkata kepadanya.  Do’akanlah (aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak dua maka beliau mengatakan kepadanya.  Beristighfarlah kepada Allah.

 

 

Dengan istighfar dan taubat ini Allah akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi kita, antara lain yaitu ;

 

1.    Dengan istighfar dan bertaubat Allah menurunkan hujan yang sangat lebat, yang sedang ditunggu-tunggu oleh orang banyak.  Sehingga dengan air hujan itu mereka dapat mengelola kembali lahan pertaniannya untuk bermacam-macam tanaman.

 

2.    Dengan istighfar dan taubat Allah akan memberikan kekuatan bathin, sehingga kita sanggup menghadapi berbagai kesulitan.  Allah berfirman dalam surat Hud ayat 52 yang artinya ;

 

Dan (Hud berkata), hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan juga janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa “

 

            Menurut Al-Hafizh dalam tafsirnya ayat ini menyatakan : “ Kemudian Hud memerintahkan kaumnya untuk beristghfar sehingga dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan kemudian memerintahkan bertaubat untuk waktu ke depan.

 

3.    Dengan memperbanyak istighfar Allah akan memberikan jalan keluar setiap persoalan yang kita hadapi, setiap kesulitan diberikan kemudahan, dan akan diberi rizki dari arah yang tidak di sangka-sangka.  Rasulullah bersabda dalam hadits yang artinya ;

 

Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.

 

Dalam hadits ini Raslullah menggambarkan tiga hal yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar.  Salah satunya yaitu, bahwa Allah akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (tidak pernah diharapkan serta tidak pernah terlintas dalam hati)

Itulah diantara manfaat yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang senantiasa beristighfar kepada-nya.  Disamping itu Allah juga menjanjikan kebahagiaan hidup yang hakiki yaitu di surga.